Meraba Murka Allah

“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)” (QS. Fathir:28)

“ Celakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,” (QS. Al-Humazah;1)


Prolog

Kalau saya berantem ama isteri pasti saya dengan jelas bisa melihat bentuk kemarahan di wajahnya. Bisa jadi beberapa jam nggak bertegur sapa, dan saya tahu pasti sang istri marah karena terlihat jelas dalam sikapnya yang mungkin aja ngebanting apa aja. Ataupun saya di “banned” masuk kamar.
Begitu pula kalau ortu lagi marah sama kita, kalaupun tidak terlihat ada kemarahan di wajah mereka, minimal dah nggak ada lagi uang jajan besok hari.
Dengan jelas kita bisa melihat bentuk kemarahan siapa saja di sekeliling, yang mungkin saja ada perbuatan kita yang tidak berkenan di hati mereka.

Apa Ada Petir Menyambar!!!

Nah, gimana kita bisa menebak kalau yang marah itu Allah?
Apa tiba-tiba datang petir nyambar kita?? Apa tiba-tiba datang angin topan ngerusak rumah kita?
Bisa jadi kita merasakan bahwa selama ini kita baik-baik saja, keluarga adem ayem, anak-anak sukses, pekerjaan, lumayan nggak kekurangan apa-apa. Tapi! Gimana kalau ternyata kehidupan yang “baik-baik” saja itu ternyata Allah justeru “Ngambek”!!
Ataupun begini, kita banyak masalah, hutang disana sini, rumah tangga dalam kategori “gawat”, pekerjaan nggak karuan dan segala kesulitan lainnya. Namun ternyata justeru Allah tidak marah, bahkan Dia memberi latihan atau istilah kerennya “Cobaan” sebagai sarana latihan karena akan diberi kehidupan baik dan bagus nantinya.
Jadi kesimpulannya kita tidak akan bisa merasakan atau bahkan tidak akan pernah mengetahui apakah Allah itu marah atau nggak ama kita???
Karena masalahnya kita sekarang mau buat baik ataupun dosa sekalipun, kayaknya langit sama saja tuh??? Artinya Allah marah atau tidak saat ini nggak ada tuh Petir Nyamber dari langit.

Gimana Ngeliat Ngambeknya Allah!!!

Jawabanya bermacam-macam dan banyak lagi, tapi yang pasti orang yang suka baca Al-Qur’an, orang yang giat mencari ilmu agama, orang yang suka mengkaji sekaligus buka-buka terjemah Qur’an misalnya, itulah yang akan tahu marah atau tidaknya Allah.
Kok bisa gitu??? Coba saja kita telusuri, ketika seseorang buka-buka tafsir misalnya, atau lebih mudah lagi. Kalau kita baca terjemah Qur’an terus sambil menghayati dan merenung apa yang dibaca, ketika tiba-tiba sampai pada ayat yang berbunyi:

"Jika kamu bersyukur maka Aku akan menambah (nikmat) itu kepadamu. Dan jika kamu ingkar, maka sungguh siksa Ku amat pedih." (QS. Ibrahim:7)

Nah, mulailah hati kita berbicara dengan jujur, apakah kita bersyukur atau tidak? Hati tidak akan pernah bohong, dan jika selama ini kita tidak pernah bersyukur, alias selalu merasa kurang karena selalu melihat diatas, apa yang kita peroleh selama ini dianggap hasil keringat sendiri. Jarang memberi kepada anak yatim, orang miskin, janda dan lainnya. Maka disitulah kita tahu bahwa selama ini Allah marah kepada kita. Dan tinggal menanti saja saat-saat hukuman Allah kepada kita.

Atau ketika kita sampai pada ayat:

“ Celakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,” (QS. Al-Humazah;1)

Tiba-tiba kita tersadar, selama ini kita banyak mencela, bahkan mencela orang Islam yang seagama dengan kita. Bisa jadi kita mencela dalam “koridor” agama, “wah kasihan sekali banyak orang Islam kagak bener ibadahnya.” Banyak yang nggak bener akidahnya…dn banyak lagi. Nggak terasa kita mencela meskipun di Comment FB, meskipun di Wall FB. Sampai nggak sadar mana nasihat atau pengecam???
Padahal jelas sekali baginda Nabi Saw pernah wanti-wanti agar menghindarkan diri mengecam sesama muslim seburuk apapun yang dilakukannya:

“Mencela seorang muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Coba kita bayangkan!! mencela sesama muslim itu oleh baginda Nabi dikategorikan fasiq. Apa itu fasiq? Sering melakukan dosa kecil. Kalau begitu orang yang mencela ataupun apapun bentuknya yang mengarah pada celaan orang nya justeru berdosa??
Jadi apa gunanya mencela ibadah atau usil apa yang dilakukan orang lain, sepertinya menasehati padahal tenyata hanya kecaman. Sambil teriak lagi, diketahui orang banyak lagi, tapi kagak sadar bahwa dia juga justeru dosa??? Capek dech

Jadi Apa Kesimpulanya Donk!!!

Masih banyak ayat atau hadist yang bisa menjadi bayangan bagi kita untuk mengetahui apa Allah marah pada kita atau tidak!! Karena kemarahan Allah itu tentu saja tidak akan tampak. Jangan sampai kita mengetahuinya belakangan!! Dimana sudah tidak dapat lagi mengoreksi kesalahan kita.

Jadi kesimpulannya apa!! Ternyata orang yang belajar Ilmu Islam, orang yang giat mencari ilmu, orang yang tidak lelah mencari ilmu agama itulah yang akan tahu, akan merasakan, atau meraba marah atau tidaknya Allah.
Lah wong saya banyak shalat kok?? Saya udeh banyak zikir kok?

Emang betul keduanya sarana mendekatkan diri pada Allah, tapi coba kita tanya pada hati kita, apa dengan amalan semacam itu kita bisa melihat “kemarahan” Allah.”
Maka tidak salah kiranya kalau Allah memuji orang yang giat mencari ilmu agama, giat mendatangi majelis taklim, giat baca- baca buku Islam:

“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang berilmu)” (QS. Fathir:28)

Bukankah karena ketakutan ini seseorang akan menjaga “perasaan” Allah agar Dia tidak marah???